Selasa, 21 Juni 2011

kehidupan yang harmonis

Menuju Kehidupan
Yang Harmonis


Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang masih ada ketergantungan dengan yang lainnya. Selama bertahun-tahun kita tergantung sama orang tua kita begitu pula orang tua kita nantinya juga akan tergantung dengan kita. Manusia yang satu tergantung dengan manusia yang lainnya, akan menjadi sulit jika kita mengisolasi diri. Namun dalam berhubungan dengan manusia lainnya kadang-kadang tidak memperhatikan etika pergaulan sehingga muncul perselisihan yang mengakibatkan ketidak-damaian dan ketidak-tentraman dalam kehidupan. Karena disebabkan keserakahan, kebencian dan kegelapan batin, masyarakat sekeliling kita sering diwarnai oleh kesemenaan dan kekerasan, sekelompok orang dengan posisi politik dan ekonomi yang kuat dapat menindas terhadap kelompok yang lain.

Kelompok yang merasa tidak beruntung akan merasa dendam dengan orang yang mengeksploitasi mereka, akibatnya timbul pengelompokkan sosial, perang saudara dan kejahatan-kejahatan lainnya. Lalu pada akhirnya pola keserakahan, kebencian dan kegelapan batin ini akan mengembangkan keserakahan, kebencian dan kegelapan batin baru.

Seperti yang terjadi dalam masyarakat kita saat ini, banyak konflik yang muncul sehingga ketakutan dan kecemasan menghantui banyak orang. Tindakan-tindakan kekerasan, kerusuhan, perselisihan dan pertentangan antar suku dan kelompok sering terjadi
dan jika hal ini dibiarkan maka akan sangat berbahaya bagi persatuan dan kesatuan masyarakat.

Semua orang menginginkan hidup yang rukun dan damai serta tentram, hanya saja untuk mewujudkan semua ini perlu perjuangan yang tiada henti-hentinya. Suasana hidup yang rukun, damai dan tentram akan menimbulkan kebahagiaan tersendiri bagi orang yang mengalami. Tidak ada lagi rasa kecemburuan dan rasa saling curiga diantara kelompok masyarakat sehingga keharmonisan tercipta. Dalam hal keharmonisan ini Sang Buddha telah memberikan arahan kepada kita semua. Sang Buddha sangat proaktif menciptakan keharmonisan diantara kelompok masyarakat. Setiap ada perselisihan dalam masyarakat ataupun Sangha, beliau selalu menasihati mereka tentang pentingnya persatuan dan kesatuan. Seperti pada waktu suku Sakya dan Koliya berselisih, hanya gara-gara berebut air hampir terjadi pertumpahan darah dan Sang Buddha berusaha menghentikan perselisihan ini. Peranan Sang Buddha sangat berarti bagi mereka sehingga ke dua suku kembali hidup rukun dan keharmonisanpun tercipta.

Dalam Majjhima Nikaya, Kosambiya Sutta juga diceritakan tentang peranan Sang Buddha dalam mendamaikan dua kelompok Bhikkhu yang berselisih. Dua kelompok Bhikkhu ini bersikukuh dengan pendapatnya masing dan tidak ada yang mau mengalah.
Karena sulit didamaikan kemudian Sang Buddha mencari cara lain, yaitu dengan meninggalkan mereka dan beliau pergi ke hutan sangat lama. Akhirnya para Bhikkhu ini menyadari akan kesalahannya dan mereka berdamai kembali sehingga keharmonisan dalam Sangha terbentuk kembali.

Dari cerita di atas jelas bahwa Sang Buddha sangat memperhatikan pentingnya persatuan dan kesatuan. Oleh Karena itu marilah kita saling membantu, menghormati, menghargai sesama manusia sehingga kedamaian dalam keharmonisan ini muncul. Dalam Saraniya Dhamma Sutta Sang Buddha mengajak kita semua untuk saling mengingat, saling menolong, saling menghormati dan menghindari percekcokkan sehingga dapat menimbulkan persatuan dan kesatuan. Ajaran ajaran tersebut adalah:
1. Mengembangkan cinta kasih dalam pikiran.
2. Mengembangkan cinta kasih dalam ucapan
3. Mengembangkan cinta kasih dalam perbuatan jasmani
4. Mengembangkan sila (kemoralan)
5. Mengembangkan caga (kemurahan hati)
6. Mengembangkan panna (kebijaksanaan)

Dhamma di atas jika dikembangkan secara utuh akan menghasilkan suasana keharmonisan yang kita citacitakan tetapi akan menjadi sebaliknya jika kita selalu menonjolkan perbedaan suku, agama, ras, warna kulit pendapat dan perbedaan yang lainnya. Kita berbeda hanya karena kondisi tetapi kita sama-sama manusia yang haus akan keharmonisan. Selama ke”aku”an masih melekat pada diri kita maka benih-benih perselisihan akan muncul.

Disamping kita menerapkan enam Saraniya Dhamma dalam lingkungan keluarga, kita pun dapat menerapkan pada lingkungan dimana kita berada dan kepada semua makhluk. Jika masalah atau peristiwa apapun muncul, Dhamma selalu dijadikan dasar untuk menyelesaikannya, maka perselisihan yang menyebabkan ketidakharmonisan akan lenyap. Umumnya kita selalu kalah jika peradaban dengan kekotoran batin yang muncul. Namun kini bertekadlah untuk menjadi pemenang yang tidak tanggung-tanggung, yaitu menjadi pemenang yang luar biasa karena Buddha Dhamma telah menyatu disegenap batin kita.

Taklukkanlah segala sesuatu yang menyebabkan kemerosotan, ketidakrukunan, perselisihan, perpecahan dan bentuk-bentuk yang menyebabkan hilangnya persatuan dan kesatuan.

Dapat disimpulkan bahwa keharmonisan sangat berarti dalam kehidupan kita. Untuk mendapatkan hal ini kita harus banyak mengenali jalan yang kita lalui untuk sampai pada tujuan keharmonisan. Karenanya jangan terlalu kecewa jika orang lain tampil beda. Kita memang beda suku, agama, ras, warna kulit dan perbedaan lainnya, tetapi kita adalah sama-samamanusia yang mendambakan keharmonisan dan kebahagiaan. Oleh karena itu jalankanlah Dhamma ini, karena Dhamma akan menyatukan dari segala perbedaan yang ada. Selamat membina persatuan dan kesatuan sehingga keharmonisan tercipta.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | WordPress Themes Review